Kamis, 28 Juni 2018

Dear My Twin


Harry kagum begitu masuk ke dalam rumah Mars dan Venus, rumah yang begitu besar dengan model yang sangat modern di tahun 2015. “Kenapa lo? Kaya orang kampung aja ga pernah liat rumah orang” Venus tersenyum geli melihat wajah Harry yang terlihat kagum melihat rumahnya. “Haha, taek lu, rumah lu bagus banget, nuansa modern keliatan banget, gue kagum, tiap hari main kesini ga bakal ada bosennya Ven” kata Harry yang masih merasa kagum dengan besarnya rumah Mars dan Venus. Bi Siti keluar dari dapur dengan membawakan minuman untuk Harry dan Venus yang sedang mengobrol, sedangkan Mars segera masuk dan beristirahat di kamarnya.
Bi Siti ikut mengoceh sewaktu mendengar obrolan Venus dan Harry tentang sifat Venus yang begitu jail dan nakal sewaktu di rumah. Bi Siti tidak tahu sama sekali tentang sifat Venus sewaktu berada di sekolah, karena di rumah, dan di sekolah sifatnya sangatlah berbeda. Yang mengetahui sifat Venus saat di luar rumah hanyalah Mars, karena saking sayangnya Mars kepada Venus, dia tidak pernah mau memberi tahu apapun kepada orang-orang rumah bagaimana Venus bila di luar rumah. “Eh udah mau malem nih, gue pulang dulu ya, titip salam buat Mars, bilang gue minta maaf, tapi besok gue bakal minta maaf secara langsung kok Ven, tenang aja”. “Nah gitu dong, kan lakinya keliatan haha” mereka saling bersahutan saat berada di lapangan depan rumah Venus.
Entah kenapa, malam ini Harry tidak bisa tidur dengan cepat, yang ada dibayangannya hanyalah seorang wanita yang sudah ditabraknya secara tidak sengaja saat berada di sekolah tadi sore. Dia melihat ke atap-atap kamarnya, membayangkan wajah Mars yang begitu menenangkan saat dipandang. Tidak pernah dia merasa seperti ini sebelumnya, merasa tenang dan hanyut hanya dengan menatap kedua mata biru Mars. Tidak salah jika mata Mars berwarna biru, dia adalah keturunan Eropa, ayah Mars berasal dari keturunan Eropa yang juga memiliki mata berwarna biru, sedangkan ibunya asli orang Bandung, berbeda lagi dengan Venus, matanya berwarna kecokelatan.
Harry harus memaksa Mars dulu agar mau untuk diantarkan oleh Harry pulang tadi sore. Dia memaksa Mars, tapi Mars menolak karena dia bersikeras tetap ingi mencari angkutan umum untuk ditumpanginya. Akhirnya dengan terpaksa Harry harus memaksa Mars dengan ancaman akan menggendong dan membawa Mars menuju mobil yang bermerk Honda Jazz berwarna biru muda miliknya. Dengan terpaksa akhirnya Mars menurut pada Harry karena tentunya Harry akan menggendongnya bila tetap bersikeras ingin naik angkutan umum. “Kalau tetap nolak, biar gue gendong lu, gue gendong lu ya” Harry berkata seperti itu sembari membungkuk ingin menggendong Mars. “Eh jangan dong” dengan segera Mars menarik badan-nya menjauh dari Harry, “Iya iya, saya ikut kamu”. “Nah gitu dong” ujar Harry tersenyum geli melihat wajah Mars yang panik. Karena selama ini dia tidak pernah disentuh, apalagi sampai mau digendong oleh seorang lelaki. Karena selalu ada Venus yang melindungi Mars apabila ada yang macam-macam, atau hanya sekedar menggoda Mars.
Malam ini karena Harry sangat penasaran dengan keadaan Mars, dia berusaha menghubungi nomor Mars, tapi selalu ditolak. Karena nomor tidak dikenal, Mars tidak pernah mau mengangkat nomor yang dia tidak ketahui. Jadi Harry hanya mengirim pesan saja agar bisa tahu bagaimana kabar Mars saat ini.

Walaupun dia sudah diantar pulang oleh Harry, tapi tetap saja Mars tidak mengetahui siapa itu Harry.
Seketika Harry terbangun dan segera beranjak dari tempat tidurnya menuju kursi di luar rumah saat mendapati balasan pesan dari Mars.


Segera Harry membalas pesan tersebut :


Mars segera mengingat-ingat wajah seseorang yang mengantarnya pulang tadi, dan mulai berbicara di dalam hati. Oh.. namanya Harry, orang yang saya lihat dihari pertama masuk sekolah lagi dimarahin sama Pak Ian ya.. haha, lucu juga dia kalau bicara pakai saya kamu. Ganteng sih.. tipe saya banget kalau dari penampilan, tapi dia berandal, saya ga mau lah kalau sikap dia yang kaya gini. Jauh-jauh ajalah, daripada ketularan jadi kaya Venus nanti haha. 
Sedangkan Harry harus menunggu selama 3 menit untuk mendapat balasan lagi dari Mars. Tapi balasan yang sedikit mengecewakan sekaligus membuat Harry malah semakin ingin masuk lebih dalam ke dalam kehidupan gadis ini.


Yahh.. cuman oh doang, haha tapi gemesin sih kalau terus-terusan bayangin kamu Mars. Gumam Harry di dalam hati.
Segera Harry membalas dengan pesan yang bagi Mars sedikit aneh untuk seorang anak berandal seperti Harry. Dan sedikit terkejut dengan [esan terakhir yang dikirm oleh laki-laki berkulit putih ini.



Harry masih saja terus membayangkan bagaimana indahnya mata biru milik Mars, dan betapa menggemaskannya wajah Mars saat dia pura-pura mengancam ingin menggendong Mars tadi sore. “Ah, apa-apaan sih lu Harr, gaje banget mikirnya!” Harry memukul-mukulkan bantal ke wajahnya agar bisa segera tersadar dari bayangan tentang gadis keturunan Eropa itu tadi sore. Sembari menatap jam dinding yang bergerak menunjukkan pukul 01:30, Harry memaksakan matanya agar segera tertutup dan langsug terlelap, karena besok dia ingin datang lebih awal untuk mempersiapkan diri untuk meminta maaf kepada Mars. Sebuah keajaiban kalau seorang Harry mau mengucapkan kata maaf, apalagi pada orang yang baru saja dia tahu. Harry belum mengenal Mars, dia hanya mengenal kembarannya saja, yaitu Venus.


Rabu, 27 Juni 2018

Dear My Twin


       Kalimantan 24 Juli 2015.
            Sejak pagi hari, sekitar pukul lima subuh, Mars sudah bangun untuk sholat, mandi, dan bersiap-siap untuk masuk sekolah, dia sangat antusias sekali, karena dia akan segera bersekolah di sekolah baru. Sedangkan Venus masih saja bergulat dengan guling dan bantal di tempat tidurnya. Venus adalah anak yang sangat susah sekali untuk bangun pagi, tidak salah lagi kalau dia sering ditinggal pergi duluan untuk pergi ke sekolah oleh Mars karena dia takut tertinggal.
            Ini hari pertama Mars dan Venus masuk ke SMA, SMA yang berada di Kalimantan. Karena kembar dan cantik, mereka jadi pusat perhatian seluruh anak SMA pagi itu juga. Mereka jadi siswi baru pada saat itu, karena kembar, mereka tidak masuk ke dalam kelas yang sama, karena akan sangat sulit untuk membedakan yang mana Mars dan yang mana Venus. Mars adalah anak teladan dan disiplin, dia selalu bisa membagi waktu untuk belajar, menulis, dan membaca novel atau komik kesukaannya. Mars selalu menjadi juara kelas, dia anak yang rajin dan pintar, tetapi sering dikira Venus karena mereka kembar identik. Jadi tidak salah jika Mars selalu terkena masalah dengan berandalan sekolah. Venus adalah anak berandal, selalu membuat rusuh di sekolahnya, karena sikapnya yang tomboi dia jadi memiliki banyak teman laki-laki. Venus sering dijuluki kanguru sewaktu di sekolah lamanya, karena walaupun perempuan, dia selalu hebat dalam adu tonjok. Sedangkan Mars, dia dijuluki sebagai bintang, karena dia selalu menjadi juara kelas.

  Senin,27 Juli 2015
            Pagi ini Mars terpaksa harus berjalan kaki,mengejar waktu karena Venus selalu saja terlambat. Ayah dan ibunya sangat menyayangi Venus, jadi mereka tidak membiarkan bila Venus lah yang harus berjalan kaki untuk pergi ke sekolah. Karena selalu bertingkah halus didepan keluarga dan kerabat di rumah, Venus jadi anak yang merasa bisa sangat bebas waktu di luar rumah, tanpa pantauan orangtuanya.
Karena hari ini adalah senin, jadi Mars terpaksa berlari sekuat tenaga agar bisa mengikuti upacara, dia sempat terhenti karena melihat seorang anak yang sedang menangis mencari ibunya. 5 menit dia harus menghabiskan waktu untuk membantu anak itu menemukan ibunya. 2 menit lagi Mars harus sudah memasuki gerbang, sedangkan dia harus menempuh beberapa meter lagi untuk sampai ke SMA nya. Dia bernasip baik karena gerbang masih terbuka meski sudah kehabisan waktu.
            Sewaktu melewati koridor, Mars menjadi pusat perhatian, karena dia adalah anak baru, tidak pernah dilihat oleh siapapun. Selama perjalanan menuju kelas, dia melihat seseorang dengan badan tinggi, berkulit putih, dengan gaya rambut fringe, tampak tampan sekali terlihat dari belakang, pria ini sedang dimarahi oleh guru, disertai teman-teman yang lainnya, karena tidak memakai topi dan dasi sewaktu upacara.
Serentak  mereka membalikkan badan, melihat ke arah Mars yang sedang menatap mereka juga, diikuti oleh Venus dibelakangnya yang sedang mengejar Mars karena tidak tahu kelasnya berada dimana. Mereka tampak terlihat bingung, karena ada dua orang yang memiliki wajah sangat mirip sekali. Yang membedakkan dari kedua orang ini ialah Mars yang berbadan mungil, terlihat sangat menggemaskan, dan memiliki mata berwarna biru, sedangkan Venus berbadan sedikit lebih tinggi dari Mars, memiliki mata yang berwaran kecokelatan dan tampak seperti bodyguard Mars. Serentak anak-anak yang sedang dimarahi oleh guru tadi menggoda, memberikan siulan kepada Mars dan Venus karena terlihat sangat cantik.
Sentak si guru tadi melanjutkan memarahi anak-anak tersebut. Lelaki yang berbadan gagah tadi adalah Jefry, salah satu berandal sekolah, walaupun berandal, dia sangat baik hati, dia juga adalah anak yang pintar di kelasnya. Jefry murid dari kelas 11-IPA-1.
Sebenarnya, waktu Mars memandangi anak-anak tadi, dia hanya terpanah oleh seorang pria yang berada di samping Jefry. Dia teman sekelas Jefry, pria yang berbadan hampir sama dengan Jefry itu bernama Harry, berkulit putih, hampir memiliki bentuk wajah yang sempurna, dengan gaya rambut Zac EfronHarry adalah pria idaman di SMA-nya. Dia menjadi incaran para senior sekaligus juniornya. Selain tampan, Harry juga termasuk anak pintar, kenapa bisa dikatakan seperti itu?, karena sebuah keajaiban dia bisa masuk kelas 11-IPA-1. Harry juga termasuk anak berandal, yang sukanya berkelahi, tapi bukan tanpa alasan mengapa dia suka sekali berkelahi.
Tak disangka Venus bisa sekelas dengan Harry juga Jefry, padahal dia tidak sepintar Mars. Sedangkan Mars masuk ke kelas 11-IPA-4. Awalnya Venus bersifat sangat sopan, layaknya murid biasa. Tapi lama kelamaan dia menunjukkan sifat aslinya yang berandal, jail, dan sifat lainnya yang sangat mengganggu bagi teman-teman sekelasnya--tidak salah lagi kalau dia sekarang menjadi anggota di kelompok Harry dan juga Jefry. Dia bergabung begitu mudahnya dengan anak berandal kelas 11 bahkan kelas 12. Selain cantik, Venus juga anak yang friendly, tak salah bila mereka mau menerima Venus begitu mudah masuk ke dalam kelompok mereka. “Hai gaes, gua Venus, anak baru disini, semiggu yang lalu lah, pengen gabung bareng kalian, gimana? Boleh kagak nih?” ujar Venus dengan ciri khasnya menggulung lengan baju dan memakai topi serta sepatu sneakers kesukaan-nya. “Jelas bolehlah, kenapa kagak, kesempatan sebaik ini kagak bakal dateng untuk yang kedua kalinya, ya gak bro?” ujar Adam anak kelas 12. “Weiss, bener banget lo dam!” disahuti oleh Gabriel dan Dani, mereka sama-sama anak kelas 12. Disini, hanya mereka bertiga yang kelas 12. Yang lain hanya ada Jefry, Harry, dan satu anggota baru yaitu Venus. Tiga anak dari kelas 12 dan sisanya dari kelas 11.

Bel pulang sudah berbunyi, segera anak-anak dari kelas 10 sampai kelas 12 berlarian keluar dari kelas. Berhamburan, bagaikan semut yang sedang bekerja sama untuk menggotong makanan yang sangat besar dan memerlukan banyak tenaga untuk bisa membawa makanan itu untuk sampai ke rumah mereka. Setiap pulang sekolah, Mars selalu pergi ke lokernya untuk merapikan buku-buku dan barang lain yang ada di dalam loker itu, tapi tiba-tiba saja ada seseorang yang menabrak tubuh Mars, sentak Mars terjatuh dengan hidung membentur loker. Dengan suara tinggi Mars mengaduh kesakitan dan membentak orang yang sudah menabrak-nya tadi. “Aduhhh!!, bego banget sih, jalan ga liat-liat, mata dimana, di dengkul apa?!, kamu kalau jalan hati-hati dong, sakit ini!” teriak Mars melihat ke arah orang yang menabraknya semakin menjauh. Untung saja suasana sudah sepi, jadi tidak ada yang mendengar teriakan Mars, kecuali Pak Hendrik dan Bu Murni yang sedang mengerjar Harry. Terpaksa guru-guru ini harus menghentikan pengejaran mereka. Tanpa sadar darah dari hidung Mars sudah membasahi bibirnya, dia sendiri tidak sadar kalau darah sudah mengalir dari hidungnya. “Ya ampun nak, hidung mu berdarah nak, pak cepet pak ambilin kotak P3K!!”, teriak bu Murni meminta pak Hendrik untuk mengambil kotak P3K sembari mengambil tisu di kantongnya dan segera membersihkan darah Mars. Seketika Mars pingsan, karena melihat darahnya sendiri. Mars sangat phobia terhadap darah. Seperti ingin muntah, dan langsung merasakan kakinya yang sangat lemas tidak kuat lagi menopang badannya, Mars langsung rebah dan tidak sadarkan diri.
Saat bangun, Mars sudah berada di ruang UKS, disana dia tidak lagi melihat bu Murni dan pak Hendrik, karena sudah pulang. “Bego ya lo!” teriak Venus dari samping tempat tidur Mars. Venus memarahi Harry karena sudah menabrak Mars hingga terjatuh dan membentur loker. Sebelumnya, Harry berhasil ditahan oleh bu Dewi di bawah tangga, dan menyuruh Harry untuk bertanggung jawab atas kesalahannya, karena telah mengganggu Lolita teman sekelas Mars dan sekarang ditambah dia sudah menabrak Mars sampai terjatuh dan membentur loker.
“Iya gue kan gak sengaja Ven, tadi tu gue lagi dikejer-kejer sama bu Murni ditambah pak Hendrik, terus ga tahunya bu Dewi udah nuggu di bawah tangga” balas Harry. Mereka berdebat, sampai tidak sadar kalau Mars sudah langsung pergi ke luar UKS untuk segera pulang, karena takut ayah dan ibunya sampai marah karena pulang terlambat. Aduh ini anak bedua malah ribut sendiri, mending saya pulang ah, daripada bunda sama papah marah-marah ke saya. Mars berbicara di dalam hatinya sambil melirik kedua orang tadi dan segera mengambil tasnya. Peduli ah sama Venus, dia kan dijemput sama bang Aziz. Lanjutnya sambil berjalan menuju gerbang sekolah. “Lah, kakak gua mana?” Venus terkejut. “Ya mana gue tahu, kok malah nanya gue” jawab Harry.
“Burun harr, cari! Kalau ada apa-apa sama dia gimana!?” bentak Venus kepada Harry. “Iya gue cari, lu pulang duluan aja, gue yang tanggung
 jawab” ujar Harry sambil menenangkan Venus.
Sesampainya Venus di rumah, dia bertanya kepada ibu-nya apakah Mars sudah pulang atau belum. Tapi ibunya tampak sangat tidak peduli saat Venus menjelaskan tragedi di sekolahnya tadi. Karena ibunya hanya peduli kepadanya saja, begitu juga dengan ayahnya. Tidak ada yang peduli dengan Mars kecuali dia dan pembantu-nya bi Siti. Mars sampai di rumah dengan diantar oleh Harry. “Udah ni, gue tanggung jawab, ni kembaran lu, selamat, gue temuin di jalan pemuda ga jauh dari sekolah, masih di trotoar samping  GOR” ujar Harry kepada Venus.
“Ya ampun neng May, ini kenapa bisa begini?” bi Siti terkejut melihat wajah Mars yang pucat sekali. “Gapapa bi, saya cuman pusing sedikit tadi, jangan bilang bunda ya bi, nanti saya malah kena omel, jangan bilang ke bunda atau papah ya Vi, please..”, ujar Mars lirih masih merasa kesakitan di bagian hidung. “Masuk dulu kang..”. “Harry bi”. “Oh iya kang Harry” ujar bi Siti mempersilahkan Harry untuk masuk, “kasep pisan ini temennya neng May sama neng Vi”. “Ah, udah biasa bi saya dibilangin ganteng kaya gini hehe” dengan percaya diri Harry mengatakan itu. Memang wajahnya sangat tampan, tapi sayang sikapnya yang berandal itu tetap saja tidak bisa ditutupi walau hanya dengan wajah tampannya.


            Harry kagum begitu masuk ke dalam rumah Mars dan Venus, rumah yang begitu besar dengan model yang sangat modern di tahun 2015. “Kenapa lo? Kaya orang kampung aja ga pernah liat rumah orang” Venus tersenyum geli melihat wajah Harry yang terlihat kagum melihat rumahnya. “Haha, taek lu, rumah lu bagus banget, nuansa modern keliatan banget, gue kagum, tiap hari main kesini ga bakal ada bosennya Ven” kata Harry yang masih merasa kagum dengan besarnya rumah Mars dan Venus. Bi Siti keluar dari dapur dengan membawakan minuman untuk Harry dan Venus yang sedang mengobrol, sedangkan Mars segera masuk dan beristirahat di kamarnya.